Karya Wisnu Ramadhan
Pagi pagi sekali aku telah terbangun dari tidurku akibat alarm yang telah aku seting sejak tadi malam. Aku langsung bergegas mengambil air wudhu untuk melaksanakan shalat subuh. Setelah itu aku menyiapkan perlengkapan berupa bekal makanan makanan yang di buatkan oleh ibuku, baju salin dan uang secukupnya. Karena pada hari Jumat ini aku dan teman-teman hendak melaksanakan tour ke Wisata Air Terjun Way Lalaan yang berada di Tanggamus. Tidak lupa juga aku menelpon teman-teman untuk mengingatkan kepada mereka untuk bersiap-siap melaksanakan tour tersebut. Dalam jadwal yang telah kami sepakati, kami akan berangkat dari rumahku yang berada di Kedaton pada pukul 9 pagi. Untuk berjaga-jaga, teman-teman telah datang setengah jam lebih awal. Fatur, Kunang, Roy, Nandi, dan Yaya datang ke rumah ku dengan peralatan lengkap untuk tour.
Akan tetapi karena terlalu buru-buru ke rumahku, mereka tidak sempat sarapan. Sehingga mereka membeli nasi padang di rumah makan Kasmaran yang tidak begitu jauh dari rumahku untuk sarapannya. Karena mereka makan dahulu dan terlalu lama berbincang-bingcang,jadi jadwal kami pun berantakan. Di jadwal yang seharusnya kami berangkat jam 9, harus tertunda sampai setengah jam. Kami pun berangkat dari rumahku jam 9:30. Tidak lupa berdoa untuk perjalan panjang kami, aku pun merasa tegang karena hal ini baru pertama kali akan aku laksanakan. Kami tidak takut apabila mendapat polisi yang sedang razia karena kami semua memiliki SIM (Surat Izin Mengemudi). Sebelum memulai perjalanan panjang, kami mengecek keadaan motor kami dari volume angin sampai fungsi lampu besar. Hal pertama yang kami lakukan setelah itu adalah menuju pom bensin yang berada di pertigaan Jalan Teuku Umar untuk mengisi bahan bakar kami agar tidak mengganggu perjalanan kami apabila terjadi kehabisan bahan bakar di tengah jalan. Keluar dari pom bensin tersebut, kami menuju BKP (Bukit Kemiling Permai) untuk menjemput Lidan yang juga akan ikut tour bersama kami. Kami melewati jalan teuku Umar dan berlanjut ke Jalan Pramuka, namun di tengah perjalanan kami harus melewati jalan kecil karena kami menghindari kemacetan yang selalu terjadi di penghujung Jalan Pramuka tersebut. Kami melewati KNPI yang dipenuhi oleh jalan berlubang yang pada akhirnya kami tiba di pintu belakang perumahan BKP (Bukit Kemiling Permai). Untuk sampai di rumah Lidan, kami hanya melewati jalan lurus yang cukup panjang hingga kami menemukan SMAN 14 . perlu diketahui, rumah Lidan berada di blok yang dimana letaknya di belakang SMAN 14 tersebut.
Dalam perjalanan ke rumah Lidan, kami melihat pepohonan yang masih asri dan sejuk. Kami membuka kaca helm kami, lalu kami hisap dalam-dalam udara sejuk itu. Ketika sedang asyik menikmati alam hijau, Nandi dan Yaya yang mengendarai motor Vario hendak menyalip dari arah belakang. Aku hanya bisa bengong dengan sikap mengendarai Nandi tersebut, mungkin ada sesuatu yang hendak ia sampaikan kepada Roy yang memimpin jalan. Ketika Nandi hendak menyalip Fatur dan Kunang, dia terlihat buru-buru sehigga dia tidak sadar bahwa ada lubang cukup dalam di depan mereka. Tentu saja mereka berusaha menghindari lubang tersebut. Akan tetapi, saat menghindari lubang tersebut secara tidak sengaja Nandi menyenggol motor yang dikendarai Fatur.
Karena benturan yang dihasilkan cukup keras, hal itu membuat Fatur kehilangan kendali dan jatuh dari motor nya. Aku yang melihat kejadian tersebut hanya bisa melihat karena hal itu terjadi saja secara tiba-tiba. Motor Jupiter-MX yang dikendarai Fatur pun mengalami lecet cukup parah di bagian kanan. Aku langsung memberhentikan dan turun dari motorku untuk membantu mengangkatkan motor yang jatuh. Saat aku hendak mengangkat motor, terdengar suara rintihan yang tidak lain adalah suara Fatur. “Aduuuuuh, kakiku, kakiku terjepit!”, ringis Fatur. Ternyata kaki Fatur tersangkut di bawah motornya. Aku pun langsung meminta bantuan Nandi yang berbada gempal untuk membantu mengangkatkan motor tersebut. Alhasil, motor itu dapat diangkat dengan mudah oleh Nandi. Kami langsung mengerumuni Fatur yang kesakitan. Ia mengalami luka cukup parah di bagian kaki. Perlu diketahui, darah mengucur dari luka-lukanya. Luka yang paling parah terdapat di telapak telapak kaki bagian atas. Sebuah luka besar yang merupakan sobekan kulit yang tergesek aspal pun bersarang disana.
“Wah parah sekali lukanya!”, sahutku. “Siapa saja, tolong belikan minuman untuk Fatur!”, kata Nandi dengan raut wajah kawatir. Yaya pun bergegas pergi ke warung terdekat dan membeli air mineral. ”Ini minum dulu supaya tenang”, ujar Nandi. Sepertinya ia merasa bersalah atas kejadian ini. Roy menyarankan untuk membersihkan luka itu di rumah Lidan, dan kami pun bergegas kesana. Sesampai di rumah Lidan kami langsung meminta air. Tentu saja Lidan heran, kenapa terlihat panik semua. Namun setelah melihat kondisi Fatur, Lidan langsung mengerti dan bergegas mengambil gayung berisikan air hangat. Fatur membasuh lukanya dengan sangat hati-hati. Dari raut wajahnya sudah ketahuan bahwa lukanya pasti sakit sekali. Tetapi saat kutanya, “sakit ya Tur?”. Ia hanya menjawab, “tidak kok, santai saja”. Sudah dibersihkan sekian kali, tetap saja kotoran yang menempel pada lukanya tidak hilang.
Kami memutuskan untuk membawa Fatur ke Rumah Sakit Bhayangkara yang berada di Jalan Pramuka. Aku, Lidan, dan Kunang mengantar Fatur ke Rumah Sakit, sedangkan Roy, Yaya, dan Nandi tetap di rumah Lidan sambil bermain laptop Lidan yang kebetulan sedang menganggur. Sesampai di Rumah Sakit Bhayangkara, kami langsung memasuki ruang UGD (Unit Gawat Darurat). Kami datang dengan merangkul Fatur yang tidak bisa berjalan. Di ruang UGD kami merasa lega karena luka Fatur langsung ditangani. Sembari menunggu Lidan yang mendaftar di Pendaftaran, aku, Kunang, dan Fatur pun mengobrol, mengingat kejadian yang baru saja kami alami. Kulihat lukanya dari jarak dekat, sangat merah. Dan ternyata setelah aku amati, Fatur tidak hanya terluka tetapi mengalami keseleo di jari tengah di kaki kirinya. “Pantas saja dia tidak bisa berjalan, keseleo gitu”, batinku. Setelah Lidan kembali membawa kartu pasien yang baru saja dibuat, kami menebus obat di apotik terdekat.
Karena tidak mau terkena debu, Fatur meminta pulang yang kebetulan rumahnya dekat dari Rumah Sakit Bhayangkara. Kamipun datang ke rumah Fatur dan menjelaskan apa yang baru saja Fatur alami. Setelah itu kami kembali ke rumah Lidan untuk istirahat, kami istirahat sambil bermain game di laptop Lidan hingga sore. Walaupun acara tour kami ke Way Lalaan dibatalkan, tetapi kami tetap mengambil hikmahnya dan merasakan kebersamaan diantara kami semua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar